Kamis, 02 Desember 2010

BATIK TULIS

BATIK TULIS

batik tulis adalah menorehkan lilin di atas kain dengan menggunakan canting.

A. Bahan – bahan yang digunakan untuk membuat batik tulis:

1.) Kain mori
Menurut Sewan Susanto (1980 : 53) “kata mori mungkin berasal dari ‘bombyx mori’ yaitu suatu jenis ulat sutra yang menghasilkan sutra putih dan halus ”. Dilihat dari bahan dasarnya, kain mori dapat berasal dari katun, sutra asli atau tiruan. Mori dari katun lebih umum dipakai. Berdasarkan kehalusanya, mori dari katun semula dibedakan atas tiga golongan, yaitu golongan yang sangat halus disebut “Primisima,” golongan halus disebut “Prima” golongan sedang disebut “Biru,” dan golongan kasar disebut “Grey.”
2.) Malam/lilin batik
Malam atau lilin batik adalah bahan yang digunakan untuk menutup permukaan kain menurut gambar motif batik, sehingga permukaan yang tertutup tersebut menolak atau resisten terhadap warna yang diberikan pada kain tersebut. Dari segi warna, sifat dan fungsinya malam dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu, malam carikan, malam tembokan, malam remukan dan malam biron.
3.) Zat pewarna
Untuk membuat warna pada batik kita mengenal dua macam jenis pewarna yaitu Zat Warna Alami (ZWA) dan Zat Warna Sintesis/buatan (ZWS). Zat warna alam merupakan zat warna yang berasal dari alam., baik dari akar, kulit akar, batang, kulit batang, daun, bunga, buah, maupun getah tumbuhan. Untuk dapat digunakan, zat warna ini harus diolah terlebih dahulu. Contoh sumber zat warna alam adalah daun tom, nila, kayu tegeran, kayu jambal, kayu tingi, biji kesumba, kayu secang, tali putrid, putrid malu, daun jambu biji, dan lain sebagainya. Seadangkan Zat Warna Sintesis adalah zat awarna buatan. Biasanya tersedia dalam bentuk serbuk. Contohnya adalah Napthol, Indigosal, Rapid, dan Rhemasol.


B. Motif batik
Motif adalah kerangka gambaran yang menjadi pokok cerita dari motif tersebut. Motif batik sendiri dibagi atas :

a)Motif Pokok batik:
1)Motif Utama
Yaitu ragam hias yang menentukan motif itu sendiri. Pada umumnya motif ini mempunyai arti.
2)Motif Tambahan
Yaitu ragam hias yang hanya berfungsi sebagai pengisi bidang dan sering kali tidak memiliki arti tersendiri.

b)Motif isen – isen
Motif isen – isen ini dapat berupa titik, garis, atu gabungan keduanya. Fungsinya untuk mengisi bidang motif maupun bidang antara motif – motif itu sendiri.

Secara garis besar motif – motif batik dapat dikelompokan menjadi dua golongan yaitu:

1. Motif geometri
Yang termasuk Golongan motif geometris antara lain ;
a. Motif banji
Motif ini disusun dengan cara menghubungkan satu sama lain.
b. Motif ganggong
Ciri khasnya, pada bagian isen – isen ada seberkas garis – garis yang panjangnya tidak sama dan pada ujung garis yang paling panjang diberi garis melintang sehingga bentuknya seperti salib.
c. Motif ceplok
Pola penyusunanya simetri kesegala arah.
d. Motif nitik
Tersusun oleh garis putus – putus, titik – titik/variasinya yang sepintas lalu seperti hasil anyaman.
e. Motif kawung
Tersusun dari bentuk bulat lonjong/elips, dengan pola memanjang menurut garis diagonal miring kekiri – kekanan secara selang – seling.
2. Motif non geometri
Sedangkan yang termasuk kedalam motif non geometris adalah :
a. Motif semen
Ragam hias utama motif ini diambil dari bentuk tumbuhan, meru, burung, dan binatang bersayap lainnya.
b. Motif buketan
Motif yang mengambil bentuk tumbuhan/lung – lungan yang panjang sehingga selebar kain. Pangkal tumbuhan berada pada bagian bawah sedangkan ujung tumbuhan menjadi bagian atas.
c. Motif terang bulan
Dibagian bawah terdapat bentuk segi tiga diberi isen – isen ragam hias tertentu sedangkan pada bagian luar segitiga tidak diisi/di isi ornamen kecil – kecil dan berjauhan.
d. Motif gaya baru/batik modern



A. Alat – alat yang digunakan untuk membuat batik tulis :
a) Canting,
Canting adalah alat yang khusus digunakan dalam proses membatik. Kegunaan canting adalah untuk menulis atau melukiskan cairan mlam atau lilin yang digunakan untuk membentuk motif batik. Dari bentuknya canting terdiri dari tiga bagian yaitu gagang atau tangkai, nyamplung atau badan, carat atau cucuk.
Ada berbagai macam jenis canting. Menurut fungsinya, canting dibagi menjadi 2 macam yaitu canting reng – rengan/klowong dan canting isen – isen. Sedangkan menurut jumlah cucuk/carat canting dapat dibedakan atas canting cecekan, canting laron, canting talon, canting prapatan, canting liman, canting byok, dan canting renteng.
b) Kompor
Pada zaman dahulu masih belum menggunakan kompor tapi anglo. Ada 2 kompor yang digunakan yaitu kompor kecil untuk melelehkan lilin dan kompor besar untuk melakukan proses penglorodan.
c) Wajan
Antara wajan dan kompor haruslah seimbang. Wajan yang digunakan adalah sesuai dengan besarnya kompor yang juga di gunakan untuk memanaskan lilin. Jika kompor yang digunakan berukuran besar berarti wajan yang digunakan adalah yang berukuran besar juga dan apabila menggunakan kompor kecil berarti wajan yang digunakan juga berukuran kecil.
d) Gawangan
Fungsi dari gawangan ini adalah untuk menyampirkan kain yang telah di lukis dengan menggunakan lilin supaya lilin yang sudah di torehkan ke kain tidak remuk/rusak dan juga untuk mempermudah saat proses mencanting.
f) Perlengkapan mewarna
Yang dimaksud dengan perlengkapan mewarna adalah alat – alat yang digunakan dalam proses pewarnaan. Yang termasuk dalam perlengkapan mewarna adalah gelas aqua (berguna sebagai tempat pencampuran pewarna yang akan di buat), kayu/pengaduk (berfungsi sebagai pengaduk warna), bak (berfungsi sebagai tempat untuk melakukan proses pewarnaan), sarung tangan /sumpit/penjepit es (digunakan untuk membolak – balik kain yang sedang di rendam dalam larutan warna).



C. Proses Pembuatan Batik

1. Tahap pembuatan desain pada kain
a) Membuat desain batik. Gambar motif dibuat pada kertas, dengan ukuran skala atau bias juga langsung dengan ukuran sebenarnya.
b) Memindahkan desain pada kain. Bisa dilakukan dengan dua cara yaitu langsung menjiplak desain pada kain atau menggambar pada kain dengan menggunakan desain yang telah dibuat sebagai contoh.

2. Tahap membatik
a) Mencanting klowong. Mencanting klowong dimaksudkan untuk membuat garis besar pada desain yang telah dibuat.
b) Mencanting isen – isen. Yaitu memberi isian bidang – bidang hasil cantingan klowong.
c) Mencanting tembokan. Yaitu menutup bagian – bagian yang ingin dipertahankan warnanya setelah pewarnaan pertama.
3. Tahap pewarnaan
Kali ini untuk pewarnaan kita pilih Zat Warna Sintesis (ZWS)/buatan yaitu Napthol dan bahan pembantu pembangkit warna yaitu garam diazo. Karena disamping harganya relatif terjangkau tapi juga praktis dan mudah didapat. Perbandingan antara Naptol dan garam diazo adalah 1 : 2. Sebagai contoh untuk pewarnaan kain sepanjang satu meter adalah sebagai berikut :
a) Napthol :
1. Napthol : 3 – 5 gram
2. Caustic soda : 15 – 25 gram
3. TRO : 15 – 25 gram
4. Air panas : Satu liter
b) Garam diazo :
1. Garam diazo : 6 – 10 gram
2. Air dingin : Dua liter

c)Cara penggunaannya :
1. Kain dibasahi dengan air bersih, tiriskan.
2. Masukan kain dalam larutan Napthol. Ratakan dan tiriskan.
3. Masukan kain kedalam larutan garam diazo. Ratakan dan tiriskan.
4. Cuci kain dengan air bersih.
5. Ulangi langkah 2 dan 3 agar warna lebih mantap.
6. Cuci kembali hingga bersih.

4. Tahap pelepasan lilin/nglorod
Ini merupakan tahap terahir yang dilakukan dalam proses pembuatan batik tulis. Caranya adalah dengan merebus air dalam panci hingga mendidih kemudian masukan kain yang sudah dicanting kedalamnya sampai lilin/malam batik dapat terlepas semuanya.
5. Finishing
Yang dimaksudkan disini adalah menyiapkan media hingga siap pakai. Misalnya dengan menjahit bagian tepinya, membingkai, memadukan dengan bahan lain, dan lain sebagainya tergantung kreatifitas yang membuatnya.

Minggu, 06 Juni 2010